Blog <b>Makanan di Kuala Lumpur</b> - Blogger - Blog Makanan di Kuala Lumpur |
- Blog <b>Makanan di Kuala Lumpur</b> - Blogger
- Blog <b>Makanan di Kuala Lumpur</b>: Halaman Gambar Menarik, <b>Pelik</b> <b>...</b>
- Blog <b>Makanan di Kuala Lumpur</b> - Blogger
- Halaman Gambar Menarik, <b>Pelik</b>, Artis Panas & Macam-Macam Lagi <b>...</b>
Blog <b>Makanan di Kuala Lumpur</b> - Blogger Posted: 15 Feb 2014 11:14 PM PST Kuala Lumpur banyak dipilih wisatawan Indonesia sebagai destinasi liburan. Pasalnya, ibukota Malaysia ini merupakan satu dari sedikit destinasi luar negeri yang menawarkan biaya wisata terjangkau. Apalagi, saat ini bermunculan maskapai-maskapai budget seperti AirAsia, Citilink, dan Lion Air yang menawarkan penerbangan ke Kuala Lumpur dengan harga murah. Hotel-hotel budget yang menawarkan hunian nyaman dengan harga terjangkau juga dapat dengan mudah ditemukan di berbagai wilayah Kuala Lumpur. Berikut adalah hotel-hotel budget terbaik di Kuala Lumpur versi VoucherHotel.com. 1. D'Oriental Inn Tak cuma menawarkan lokasi yang istimewa, D'Oriental Inn juga menyediakan hunian nyaman untuk para tamu. Hotel bintang 2 ini memiliki 85 kamar tamu yang telah dibekali dengan fasilitas lengkap seperti AC, kamar mandi pribadi + shower air hangat dan dingin, perlengkapan mandi gratis, TV, serta Wi-Fi gratis. Untuk menginap di D'Oriental Inn, wisatawan hanya perlu menyiapkan dana sekitar Rp330.000-an per malam. 2. Ryokan @ Damansara Utama Untuk urusan fasilitas, Ryokan @ Damansara tak kalah dengan hotel-hotel budget lainnya di Kuala Lumpur. Fasilitas kamar standar seperti AC, kamar mandi pribadi + shower, perlengkapan mandi, dan brankas telah tersedia di tiap-tiap kamar. Bahkan, beberapa fasilitas mewah seperti TV LCD 32 inci dan akses internet nirkabel gratis juga bisa dinikmati para tamu. Ryokan @ Damansara menawarkan tarif yang cukup terjangkau yaitu sekitar Rp550.000 per malam. 3. Hotel China Town Inn Fasilitas hotel yang lengkap dan pelayanan ramah yang disediakan oleh China Town Inn siap menjamin kenyamanan bermalam para tamu. Hotel setinggi 5 lantai ini memiliki 69 kamar cukup luas yang telah dilengkapi dengan fasilitas standar seperti TV dan saluran kabel, pemutar DVD, kamar mandi pribadi + shower, AC, juga Wi-Fi gratis. Tarif yang ditawarkan Hotel China Town Inn hanya sekitar Rp295.000-an per malam. 4. Prescott Hotel KL Medan Tuanku Prescott Hotel KL Medan Tuanku memiliki 139 kamar tamu yang tersebar di 9 lantai berbeda. Tiap-tiap kamar memiliki ukuran yang cukup luas dan telah dibekali dengan fasilitas modern berupa TV LCD 32 inci, AC, kamar mandi dan shower, pengering rambut, telepon pengingat bangun, juga akses internet nirkabel gratis. Tarif menginap di hotel ini mencapai Rp800.000-an per malam. Tapi, bila memesan melalui VoucherHotel.com, kamu bisa mendapatkan harga hanya sekitar Rp370.000-an per malam. 5. Nest Boutique Hotel Nest Boutique Hotel menawarkan 30 kamar nyaman yang dilengkapi dengan seprai katun dan selimut bulu angsa. Setiap kamar di Nest Boutique Hotel juga memiliki TV LCD 40 inci, kamar mandi + shower air hangat, AC, dan Wi-Fi gratis. Untuk menginap di Nest Boutique Hotel, wisatawan harus menyiapkan dana sedikitnya Rp370.000 per malam. 6. Hotel Sentral Kuala Lumpur Mengusung desain yang tegas dan modern, Hotel Sentral Kuala Lumpur memiliki 192 kamar dan suite untuk memenuhi kebutuhan para tamu dengan mobilitas tinggi. TV LCD + saluran kabel, telepon, kamar mandi pribadi, dan akses internet nirkabel berkecepatan tinggi telah tersedia di tiap-tiap kamar. Hotel Sentral Kuala Lumpur menawarkan tarif cukup terjangkau yaitu sekitar Rp400.000-an per malam. 7. Cube Boutique Hotel Cube Boutique Hotel menawarkan 3 tipe kamar berbeda yaitu Standard Single, Standard Twin, dan Deluxe Queen. Semua jenis kamar telah dibekali dengan fasilitas AC, kamar mandi pribadi, TV layar datar, pengering rambut, juga Wi-Fi gratis. Tarif menginap di Cube Boutique Hotel hanya sekitar Rp430.000-an per malam. 8. V Garden Hotel Terdapat 21 kamar tamu di V Garden Hotel, Kuala Lumpur. Guna menjamin kenyamanan pengunjung, setiap kamar telah dilengkapi dengan TV LCD 32 inci, AC, kamar mandi pribadi dan perlengkapan mandi gratis. Akses internet nirkabel gratis yang tersedia di setiap kamar menjamin kelancaran konektivitas para tamu. Tarif bermalam di V Garden Hotel hanya sekitar Rp436.575 per malam. 9. Crossroads Hotel 10. LaComme Inn Lacomme Inn yang terdiri dari 3 lantai memiliki koleksi 22 kamar tamu yang dilengkapi dengan seprai kualitas premium. TV plasma beserta saluran kabel dan HBO, alat pemanas air, AC, dan Wi-Fi gratis telah tersedia di setiap kamar. Pihak hotel juga siap menyediakan oven microwave jika diminta. Tarif menginap di LaComme Inn adalah sekitar Rp477.000 per malam. 11. Alamanda Hotel Chinatown Alamanda Hotel Chinatown memiliki 58 kamar tamu yang berfasilitas lengkap namun bertarif terjangkau. Dengan membayar sekitar Rp240.000 per malam, para tamu sudah bisa bermalam dengan nyaman di kamar mungil yang dibekali dengan AC, kamar mandi pribadi, dan jaringan Wi-Fi gratis. 12. D'Garden Hotel Terdapat 72 kamar tamu bersih dan nyaman berbekal fasilitas modern di D'Garden Hotel, Kuala Lumpur. AC, kamar mandi pribadi, dan akses internet nirkabel bisa dinikmati para tamu di setiap kamar. Sementara di luar kamar, para tamu bisa bersantai sambil menikmati segarnya taman dalam ruangan dan air terjun mini. Semua fasilitas tersebut bisa dinikmati wisatawan dengan hanya membayar sekitar Rp314.000-an per malam. 13. Leo Express Hotel Tertarik? Segera susun rencana jalan-jalanmu dan jangan lupa cek hotelnya, hanya di VoucherHotel.com . | |
Blog <b>Makanan di Kuala Lumpur</b>: Halaman Gambar Menarik, <b>Pelik</b> <b>...</b> Posted: 17 Feb 2014 11:41 PM PST Dalam tempoh 37 hari, Et yang berkelana sejauh 6,077 km merentas China hingga ke Pakistan hanya membelanjakan RM2,000, malah berjaya melewati lebuh raya paling bahaya di dunia. GAMBAR wanita tua duduk di ruang tamu dalam sebuah gua yang menjadi tempat tinggalnya di Ghizer, Pakistan. SEBAIK sahaja redup bayang-bayang senja melatari landskap gua batu dan padang gurun di bandar purba itu, Siti Noridah Ab. Rahman, 30, merasakan ada sesuatu yang tidak kena sewaktu dia berjalan kaki melewati kawasan tersebut. Rupa-rupanya ada seekor anjing meluru ke arahnya membuatkan wanita itu berlari sambil menggalas beg seberat 12 kilogram (kg) untuk menyelamatkan diri. Pengalaman lucu yang mendebarkan itu dialami di Dunhuang, China masih terpahat kemas dalam ingatannya ketika mengembara secara solo selama 37 hari merentasi bumi China hingga ke Pakistan. Pengalaman manis dan pahit disimpan kemas dalam lipatan kenangan agar menjadi pedoman bagi pengembaraan akan datang. Siti Noridah yang selesa dipanggil Et merupakan pegawai teknologi maklumat di institusi swasta di ibu negara. Dia memulakan misi kembara solo melalui Laluan Sutera dari Chengdu di China merentasi beberapa bandar sebelum menamatkan perjalanan di destinasi terakhir iaitu Islamabad di Pakistan. Apa yang memeranjatkan, wanita kental itu memberitahu, dia hanya menghabiskan kira-kira RM2,000 bagi kos perbelanjaan berkelana sejauh 6,077 kilometer (km). Seperti pengembara lain, Et menyediakan perancangan rapi sebelum memulakan pengembaraan tersebut. Tidak ketinggalan, dia turut mendapatkan insurans perjalanan daripada syarikat AIA bagi perlindungan keselamatan. ET merakam gambar kenangan dengan penduduk setempat di Gupis, Pakistan. Tidak mudah Namun, misi yang ditempuh tidak semudah yang diharapkan. Lebih-lebih lagi apabila maklumat mengenai laluan yang ingin diredah tidak banyak terdapat di internet terutamanya tentang Pakistan. "Selain maklumat yang agak terhad, saya menghadapi masalah ketika membuat permohonan visa di Suruhanjaya Tinggi Pakistan (STP) yang terletak di Jalan Ampang, Kuala Lumpur. "Saya perlu melampirkan surat jemputan dan salinan pasport kenalan dari Pakistan bagi memastikan permohonan visa diluluskan. Ia melambatkan proses permohonan kerana syarat tersebut tidak dinyatakan secara jelas dalam borang yang disediakan," ujarnya yang perlu menghadiri sesi temu duga dikendalikan oleh STP bagi melengkapkan permohonan tersebut. Pengembaraan Et bermula dengan penerbangan selama empat jam 25 minit ke Chengdu yang terletak di Wilayah Sichuan, barat daya China. Di Chengdu, dia menginap di rumah couchsurfer (CS), Jiang yang merupakan wanita tempatan. CS merupakan gelaran kepada pemilik akaun laman sosial Couchsurfing. Laman tersebut menyediakan ruang kepada ahlinya untuk mencari atau menjadi hos penginapan kepada pelancong dari seluruh dunia secara percuma. ET dijamu oleh masyarakat tempatan di Pakistan dengan hidangan capati dan ikan goreng ketika dipelawa ke rumah mereka. Kebanyakan CS yang dikenalinya sangat arif dengan lokasi makanan halal dan banyak membantunya untuk bergaul dengan masyarakat setempat. "Ada satu tempat yang saya kunjungi merupakan pekan kecil yang tiada komuniti Islam. Saya terpaksa makan makanan segera atau mi sahaja selama 12 hari," ceritanya ketika ditemui di Kuala Lumpur baru-baru ini. Bandar Chengdu dihiasi dengan landskap bandar yang moden seperti bandar-bandar utama dunia. Biarpun bandar tersebut besar dan maju, penduduknya kelihatan agak tenang dan santai. Mereka gemar melakukan senaman aerobik di taman-taman terutama pada waktu petang. Laluan Sutera Lain pengembara, lain cita rasa kembaranya. Et memilih untuk menjelajah Laluan Sutera kerana sangat berminat untuk melihat perbezaan etnik dan gaya hidup masyarakat terutama di kawasan pedalaman. BEGINILAH pakaian yang dipakai wanita di Kashgar pada setiap hari. Selepas Chengdu, Et meneruskan pengembaraan ke bandar Xi'an, wilayah Shaanxi, China dengan menaiki kereta api selama 16 jam. Setibanya di bandar yang didiami kira-kira 5.25 juta penduduk itu, Et memilih tempat penginapan ala asrama bagi menjimatkan kos. Tatkala Et memberitahu pengalamannya berkunjung ke muzium Tentera Terracotta, Xi'an yang dibina sejak 2,222 tahun lalu, terbayang-bayang gerakan kung fu bintang ternama China, Jackie Chan yang beraksi di muzium tersebut menerusi filem The Myth pada tahun 2005. Muzium tersebut dipenuhi 8,000 patung tentera, 520 kuda dan 150 pasukan tentera berkuda. Matanya seakan-akan terpaku melihat keunikan setiap patung yang dihasilkan daripada tanah liat kerana tidak ada satu pun patung yang serupa antara satu sama lain. Menurut sejarah, sekumpulan pekerja menjalankan kerja mengorek perigi di luar bandar Xi'an pada 1974. Tanpa diduga, satu penemuan arkeologi terbesar di dunia terbenam di lokasi berkenaan. Ia tidak ubah seperti lautan askar yang sedia bertempur di medan perang. Melalui tulisan sejarah mahkamah, Siam Qian, askar tanah liat itu dibina dengan kerahan tenaga 700,000 hamba atas titah Maharaja Qin Pertama. Titah tersebut bertujuan untuk melindungi maharaja berkenaan di alam akhirat selepas kemangkatannya. Tambah Et, bandar Xi'an disifatkan sebagai kota penuh bersejarah dan ia dikelilingi dengan tembok lama sepanjang 13.74km dan setebal 12 hingga 16 meter (m). "Selagi anda berada dalam kawasan yang dikelilingi tembok, itu bermakna anda masih di dalam bandar Xi'an," tambahnya yang gemar menjelajah ke kawasan terpencil berbanding pusat bandar. MASYARAKAT di Kashgar, Xinjiang, China masih mengamalkan sistem perniagaan ala barter melibatkan haiwan ternakan, pakaian dan barangan kraf. Wanita kelahiran Batu Pahat, Johor itu menggemari aktiviti mendaki semasa mengembara. Dia sentiasa membawa kelengkapan seperti kasut, sandal, selipar, beg tidur dan lampu kepala mengikut keperluan destinasi yang dituju. Formasi gunung Biarpun belum puas menerokai keunikan di segenap 'bandar tembok' tersebut, Et meneruskan jua pengembaraan Laluan Sutera sejauh 1,150 km (12 jam) ke bandar Zhangye. Di sana, terbentang luas pemandangan menakjubkan formasi gunung berwarna-warni yang dipanggil Batu Warna-warni Danxia. Matanya terpaku melihat keindahan alam ciptaan Tuhan. Ia seolah-olah kanvas lukisan tiga dimensi yang dilimpahi ledakan warna terang pada gugusan gunung batu kapur seluas 73,945 hektar. Sepanjang perjalanan merentasi beberapa bandar, Et menghadapi masalah komunikasi kerana rata-rata masyarakat di China tidak boleh berbahasa Inggeris terutama penduduk di kawasan pedalaman. Menyedari hakikat tersebut, Et mencari jalan penyelesaian dengan meminta bantuan pekerja hostel untuk menulis perkataan atau nama tempat dalam bahasa Cina. Dia menunjukkan kertas tersebut kepada penduduk tempatan untuk memudahkan mereka berkomunikasi. "Mereka memang tidak pandai langsung berbahasa Inggeris dan tidak memahami tulisan rumi. Pada masa sama, saya ada juga belajar perkataan-perkataan asas dalam bahasa Cina. "Contohnya, ayat seperti 'berapa harga ini?' (barang atau tiket) dan perkataan stesen bas serta kereta api," jelasnya. Seterusnya, Et menyambung kembara solonya ke lima bandar China lain iaitu Dunhuang, Urumqi, Kashgar, Karakul dan Taskurgan sebelum ke Pakistan. | |
Blog <b>Makanan di Kuala Lumpur</b> - Blogger Posted: 13 Feb 2014 11:28 PM PST Pin.. Pin.. bunyi hon sudah kedengaran, perlahan-lahan aku selak langsir bilik. Dari jendela kaca, kereta Victor tersapa di ruang mata. Tanpa berlengah lagi, aku kembali menancap cermin lalu tudung yang senget ku perkemaskan, dan hujung fabrik kapas itu, ku pin ke kanan bahu. Puas hati dengan penampilan diri, beg tangan ku gapai dan kaki ku hayun keluar dari kamar. Sejurus mendekati muka pintu, sandal ku dapatkan dan daun pintu ku luaskan. "Sya, malam ni aku keluar kejap! Mungkin balik lambat. Apa-apa hal, call je aku okey." Pesan ku pada Syani yang sedang menonton tv. "Okey, Rina! Kau keluar dengan siapa?" Syani di atas sofa bertanya sambil anak mata masih tidak lepas memerhatikan kaca tv. "Dengan kawan aku! Aku pergi dulu tau!" "Iyalah, jaga diri!" sahutnya ringkas. "Okey Syani. Insyallah, bye!" "Bye, Rina!" Lalu daun pintu ku rapatkan semula. Sandal ku sarung dan kaki ku hayun mendekati pintu pagar. Victor sedang bersandar ke keretanya. "Hai Karina," ucapnya menyambut kedatangan aku. "Hai Victor," balas ku sambil memandang penampilannya yang agak formal! "Nak kemana? Ke.. you dari office?" soal ku hairan. "Err. Ha'a I dari office tadi!" gumamnya kedengaran teragak-agak sahaja nadanya. "Eh, masuklah!" Victor kelam kabut menuju ke pintu kereta di sebelah kiri. Dibuka dan dipersilakan aku masuk ke dalamnya. Aku hanya menurut tanpa banyak kata. "Terima kasih bukakan dan tutupkan pintu kereta untuk I." Ucap ku terharu dengan hati yang sudah kembang setaman. Pertama kali dilayani seperti ratu. Along kata, kalau mahu menjadi ratu, biarkan kita dilayani sebagai ratu. Ya, ketika ini aku persis ratu. Ah, seronoknya! "Small matter, Karina." Sahut Victor tenang mengundur kereta. Sesekali dia kerling aku yang hanya mengenakan jeans hitam dan juga jaket denim. "So, kita nak makan di mana?" soal ku sambil memandang ke tengah jalan raya. Tak banyak kereta. "You nak makan apa, dan di mana? I ikut saja," lelaki itu memberi kesempatan untuk aku memilih lokasi makan malam kami. Aku yang tidak cerewet, segera membalas ringkas. "Apa-apa pun boleh, kedai mamak pun okey!" balas ku bersahaja. Namun nada jawapan Victor, kedengaran tidak berapa mempersetujuinya. "Kedai mamak?" Victor menyoal persis dia tidak pernah kenal apa itu kedai mamak. Apa yang peliknya dengan kedai mamak? Kedai yang beroperasi 24 jam itu! "Yes, kedai mamak!" Ulang ku meyakinkan dirinya. "Errr... kita ke tempat lainlah. Boleh kan?" Victor menyoal persetujuan aku. Aku pandang dia, dia pandang aku. "Boleh eh," pintanya dengan riak yang penuh mengharap dan aku akhirnya mengangguk juga. "Bolehlah, I tak kisah." Aju ku mententeramkan dia yang mungkin bosan untuk ke kedai mamak. Kereta terus dipecut membelah lebuhraya menuju ke satu destinasi yang tidak ku ketahui dimana lokasinya. Namun setibanya aku dikawasan meletak kenderaan itu, mata ku terpaku dengan kilauan lampu yang bergemerlapan. Cantik! "You boleh makan masakan cina?" soal Victor sebaik sahaja enjin kereta dimatikan. Aku menoleh ke arahnya, lelaki itu sedang menanggalkan tali pinggang keselamatan sebelum memandang ku sekilas. Dia tersenyum lagi. "I harap, you boleh terima masakan cina." Ajunya tenang. Aku hanya tersenyum lalu melafazkan sesuatu yang Victor harus tahu. "Victor, I boleh makan apa sahaja kecuali makanan pelik-pelik." Balas ku tersenyum nipis. "Baguslah, senanglah I gemukkan you nanti." gumamnya perlahan. "I tak mahu gemuk, nanti susah nak kurus tau." Sengih ku sudah tidak terbendung. "Iya, semua perempuan takut gemuk. I faham," ucap Victor tersenyum hingga menampakkan barisan giginya yang tersusun cantik. "Mestilah, produk menguruskan badan agak mahal tau. Rugi duit!" Ucap ku sambil menolak pintu kereta dari dalam. Victor pula tergesa-gesa keluar, pasti mahu membukakan pintu kereta untuk ku. Ah, tak payahlah! Mengada-ngada pula rasanya! "Baru nak bukakan pintu untuk you." gumam lelaki itu sebaik sahaja aku sudah menutup kembali pintu kereta. "Tak perlulah, Victor. I rasa terlalu gedik bila dilayan macam tu." Terang ku seikhlas hati. "Bukan ke semua perempuan suka dilayan macam tu?" Dahi lelaki itu berkerut lagi. Sah, dia telah dimomokkan cerita fairy tale. "Taklah, siapa cakap?" "Perempuan sukakan lelaki romantis? It is right?" Dia menyoal lagi dan aku menganguk sekali. "Memanglah, tapi romantis itu diharapkan dari pasangannya. Dari orang yang disayangi dan dicintai." Gumam ku menjawab pertanyaan Victor dengan sejelas-jelasnya. "Oh begitu," suara Victor perlahan namun aku lihat dia sembunyi senyum. Tak tahu kenapa dengan reaksi dia tu. "So, jomlah kita masuk." Pelawanya sambil menghulur tangan. Aku mendiamkan diri dan hanya memerhatikan tapak tangan yang halus mulus itu silih berganti dengan wajahnya. Aku harap Victor faham tentang adab-adab pergaulan. Aku tidak boleh bersentuhan dengan lelaki ajnabi. Lelaki yang bukan suami ku dan bukan juga mahramku. "Oppps... so sorry Karina. I terlupa lagi," ucapnya bersungguh-sungguh. Aku lihat dia urut dahinya, seolah-olah merasa cukup bersalah terhadap tindakannya. "It is okay Victor. Small matter," ujar ku mententeramkan dia yang dipagut rasa kesal. "Thanks Karina. Sorry, I betul-betul terlupa." "Takpe, I tak kisah, I faham!" Aku tahu dia tidak sedar akan hal itu. Victor bukan muslim, sudah tentulah dia terbiasa dengan cara yang sebegitu. Cuma aku yang muslim ini, haruslah beringat berjaga-jaga. "Come," serunya dan aku menurut. Kami melangkah masuk ke dalam restoran Cina Muslim. Pertama kali aku ke sini, dan pertama kali jugalah aku merasa masakan cina. "I harap you boleh makan masakan cina." Victor bersuara sebaik sahaja pesanan dibuat. "I cuba, Insyallah boleh. Kawan saya kata, masakan cina agak sedap." Ucap ku membuatkan Victor tersenyum panjang. Aku harus mempelajari budaya dan adat resam Victor andai aku mahu terus bersahabat dengannya. Jika dia boleh menikmati masakan melayu, kenapa tidak aku juga mencuba masakan bangsanya pula. Asalkan halal, itu sudah memadai. Ketika kami berbual, menu yang dipesan tiba. Satu persatu piring dan pinggan disusun di atas meja makan ku. Bulat mataku melihat pelbagai aneka warna. Mengiurkan! "Takut?" soal Victor saat melihat reaksi aku ketika ini. Aku angkat wajah menancap raut wajahnya. Kurang jelas dengan apa yang diperkatakannya seketika tadi. "Jangan risau, tak ada unsur 'haiwan comel' dalam menu ni!" gumamnya menerangkan bahawa tiada anasir-anasir tidak halal di dalam menu yang dipesan. Dengan makna lain, haiwan comel yang dimaksudkan adalah khinzir. Maaf, aku susah untuk menyebut nama haiwan itu, walau hakikat sebenar, ia langsung tidak bersalah dalam isu ini. Apatah lagi, khinzir adalah makhluk Tuhan juga! Dia layak dihormati tapi tetap haram dimakan kecuali ketika dalam keadaan darurat. Dimana, tiada makanan halal yang boleh dimakan lagi. Walaubagaimanapun, kelonggaran itu diberi atas dasar mengalas perut sehingga makanan halal betul-betul ditemui. "Don't worry Karina, semuanya halal!" Victor menyakinkan diriku. Tatkala ini, aku merasa sedikit keliru. Sejujurnya, aku sudah tidak sabar untuk menikmatinya, namun Victor yang melihat reaksi aku berfikir sebaliknya. Pasti dia memikirkan aku takut untuk menjamah! "Eh, I okey. I tak sabar nak makan!" Luah ku memperjelaskan kekeliruan sebentar tadi. "Really?" Dia teruja. "Yes, of course!" "I ingatkan, you takut nak makan! Muka you nampak macam orang takut-takut!" Ada tawa yang mengiringi bicaranya. "Eh, taklah! First time, mestilah I teruja! Bukan takut!" Nafiku ringkas. "Good girl! Okay, let's eat!" "Okey, jom!" "Tapi sebelum makan, biar I perkenalkan you dengan beberapa menu yang I suka. You pun mesti suka." Menu-menu yang dipesan kami perhatikan bersama-sama. "This is Baby Kailan Sos Tiram, Black Paper Ginger, Butter Prawn, and Chicken Lemon. You boleh try, I harap you suka." Ujar Victor lagi. "I tengok pun sudah menyelerakan, kalau rasa mesti tidak mengecewakan. So, jomlah makan! I tak sabar ni, Victor." Aju ku disambut senyuman lelaki itu dah akhirnya kami menjamu selera buat pertama kalinya semenjak kenal sebulan lepas. Sambil menikmati makan malam bersama, Victor tidak jemu-jemu menceritakan sedikit sebanyak susur galur keturunannya. Dari apa yang aku dengar, ibu Victor berasal daripada Filipina. Manakala, bapanya pula orang Malaysia yang berketurunan cina. Namun, dia dibesarkan oleh neneknya setelah kematian kedua ibu bapanya akibat kemalangan jalan raya 15 tahun yang lepas. Daripada apa yang diceritakan juga, Victor tidak memeliki saudara-maranya yang lain. Hanya di Filipina sahaja, keturunan disebelah ibunya yang masih ada. Namun hubungan mereka tidak begitu rapat kerana jarang-jarang bertemu. Kata Victor lagi, dia mewarisi perniagaan yang diusahakan sekarang adalah daripada nenek dan datuknya. Semenjak kecil lagi sudah didedahkan dengan dunia perniagaan dan sering kali juga dibawa menghadiri seminar, mesyuarat dan juga aktiviti luar syarikat. Oleh kerana sering kali terlibat secara tidak langsung, akhirnya minat meniaga itu muncul tanpa sedar. Dan kini, dia sudah bergelar CEO Dimension Holding Berhad. Cukup membanggakan! "Dah banyak cerita tentang I, you pula bagaimana?" Sambil menikmati jus buah, lelaki itu menyoal diri ku pula. "I?" aku unjuk diri sendiri dan Victor membalas dengan anggukan. "I anak bongsu dari dua orang adik beradik. I ada abang, yang tumbuk you hari tu. Ingat lagi tak?" soal ku padanya dan Victor terus sahaja ketawa kecil. Mestilah ingat, tak fasal-fasal ditumbuk along. Tragis sungguh! "Okey teruskan," gumamnya lagi. "I masih ada ayah dan masih ada ibu. Ayah I merupakan askar pencen, dan ibu I pula surirumah sepenuh masa. Mereka tinggal di Ipoh. Sebulan sekali, I akan balik melawat mereka. You nak ikut?" soal ku tiba-tiba. "Ikut you? Ulangnya semula sambil berfikir-fikir. "Yes, balik kampung I!" tawarku lagi. "Boleh juga, tapi you kenalah beritahu pada I awal-awal. Senang nak atur jadual, taklah bertcanggah nanti!" Terangnya lagi. "Okey, Insyallah nanti I aturkan. Oh ya, siang tadi you kata nak beritahu I sesuatu. Tentang apa ya?" Kerana teringatkan bicara Victor siang tadi, aku segera melepaskan pertanyaan kepadanya. "Actually, I cuma mahu.... Bripp.. Bripp... telefon bimbit ku bergetar dan aku segera memberi isyarat untuk menjawab panggilan. "Kejap tau!" gumam ku pdanya dan dia terus sahaja membalas dengan mengerdipkan matanya. "Hello Waalaikumusalam ayah. Rina sihat!" jawab ku pada pertanyaan ayah. Tiba-tiba sahaja ayah telefon aku, bagaikan ada perkara yang mustahak saja. "Balik? Bila?" soal ku bila ayah meminta aku pulang ke kampung. "Hujung minggu ni? Untuk apa yah?" aku masih tidak tahu tujuan apa ayah memanggil aku pulang. Sedangkan, minggu lepas barau sahaja aku pulang melawat mereka. "Ada orang masuk meminang!" Ulangku hampir terjerit. Victor yang masih berada di hadapan mata, ku pandang tanpa berkelip. Tetapi fokus ku masih pada panggilan yang masih berlangsung. "Okey Yah, nanti Rina balik." Aju ku lemah longlai. "Okey.. Okey, walaikumusalam." Sahut ku membalas ucapan salam ayah sebelum talian ditamatkan. Victor ku pandang dan dirinya ku renung dengan riak sedih. "Why? Anything happend?" soalnya serius. "Ayah I kata, ada orang masuk meminang hujung minggu ni. I kena balik," gumam ku tiba-tiba dipagut rasa sebak. Tak tahu kenapa. "Baliklah, mana tahu you pun sukakan lelaki tu?" Itu jawapan Victor yang membuatkan kesedihan ku bertambah-tambah. Bukan nak halang ke apa, dia galakkan lagi adalah! "I belum bersedia, dan kalau boleh I mahu pilih calon suami sendiri." Tukas ku menerangkan duduk perkara sebenar. "Tapi, you kena balik. Kalau you tak setuju, just tolak pinangan dia. Kalau seseorang masuk meminang, tak semestinya you harus terima! Pinangan lelaki tu, bukan pinangan mandatori yang you wajib terima. You boleh tolak, atau kalau you suka you boleh terima." Victor memberi pandangan. Kali ini dia kelihatan bertegas namun masih ada karismanya. Masih budiman pada pandangan mataku. "Betul juga kata you tu, tapi kalau I tak ada boyfriend pasti ayah I paksa terima pilihannya." Aku sudah bimbang mengenangkan masa hadapan sendiri. Hidup di sisi insan yang tak pernah dikenali. "You perlukan bantuan?" Victor menyoal dan aku bungkam seketika. Tidak lama kemudian, idea gila ku muncul dengan tiba-tiba. Aku harus membawa Victor pulang dan meminta agar dirinya berlakon sebagai kekasih aku. "Victor, you boleh tolong I?" soal ku berhati-hati. "Tolong you?" dia ulang semula dan aku mengangguk laju. "Tolong apa?" "Tolong jadi boyfriend I buat sementara waktu." "Jadi boyfriend you? Berapa lama?" "Dua hari sepanjang di rumah parents I nanti." "Quite good! Bila boleh mula?" Laju sahaja Victor bersetuju. "Hujung minggu ni, tapi you kena ikut I balik ke kampung dan identiti you kena tukar. Boleh tak?" aku menyoal kesudiannya lagi. "Boleh, apa-apa pun I sanggup demi you!" Ujar dia sudah ketawa mengusik. "Thanks Victor, susah jumpa lelaki sebaik you. Sudi tolong I dalam apa jua keadaan!" "Okey, apa nama melayu I sepanjang menjadi kekasih you nanti?" Victor sudah berfikir jauh ke hadapan. Aku diam sejenak, memikirkan nama yang baik-baik untuk Victor. "Ha, I dah jumpa!" ujar ku dengan hati gembira. "Hurm?" Victor meminta agar aku meneruskan bicara. "Hanan!" "Maksudnya?" "Kesayangan, kecintaan, rezeki dan berkah!" ucap ku untuk makna disebalik sepatah nama. "Wahh.. not bad! So lepas ni, you panggil I Hanan, ya?" Victor kelihatan teruja. "Kalau boleh, begitulah." Jawab ku bersama senyuman. Senyum kerana segala-galanya ada pada diri Victor. Dia seorang yang penyayang, penuh dengan rasa cinta dan rezeki, cuma hanya memerlukan berkah untuk menyinari hidupnya kelak. Moga suatu hari nanti, terbuka hati itu untuk menerima cahaya Islam pada dirinya. kepada yg mahu dapatkan Plaster Cinta Untuk Bos.. boleh Pm nama , alamat & no telefon kepada alamat email saya. ahn3914@gmail.com pesanan: Assalammualaikum. n salam sejahtera. terima kasih sudi baca Yang Budiman bab 4. Saya langkau dan masukkan bab 3 di blog. Bab 1 & 2, xde ya :) | |
Halaman Gambar Menarik, <b>Pelik</b>, Artis Panas & Macam-Macam Lagi <b>...</b> Posted: 15 Feb 2014 04:19 PM PST
MENYUSURI laluan Hulu Langat dari Batu 9 hingga ke pekan Batu 14 terasa bagaikan sedang pulang ke kampung. Apa tidaknya, di sepanjang bahu jalan ada sahaja gerai-gerai yang menjual kuih-muih Melayu dan buah-buahan tempatan. Suasana akan lebih meriah pada hujung minggu tatkala ramai warga kota berpusu-pusu menuju ke lokasi perkelahan di daerah di negeri Selangor ini seperti Air Terjun Sungai Congkak dan Sungai Gabai. Tiba-tiba tumpuan mata tertampan oleh pemandangan itik salai yang digantung berderet di samping ikan keli, ayam dan daging batang pinang. Sememangnya produk yang diketengahkan Ombong Salai Enterprise di Batu 12, Hulu Langat ini menjanjikan kelainan. Ketika kru Jurnal menjejakkan kaki ke gerai milik Mohd. Zahari Zainal, 48, itu dia sedang asyik melayan pelanggan. Malah, semasa temu bual berlangsung dia juga terpaksa meninggalkan sesi itu sekali-sekala kerana pelanggan tidak henti-henti singgah untuk mencari makanan kegemaran. "Beginilah rutin harian saya di gerai ini. Tidak menang tangan melayan pelanggan yang datang membeli, Alhamdulillah," ujarnya yang berasal dari Kuala Pilah, Negeri Sembilan. Orang Negeri Sembilan sinonim dengan makanan salai. Malah, dikatakan makanan salai terbaik hanya ada di Kuala Pilah. Di sana, mereka turut menyalai semua jenis ikan dan burung puyuh selain ayam, itik dan daging. TEKNIK mengawal bara api sangat penting semasa menyalai makanan. Tetapi bukan semua warga kota sanggup memandu kereta selama lebih dua jam untuk ke sana semata-mata mahu mencari makanan salai. Jadi, dalam situasi inilah Mohd. Zahari muncul dengan produk salai Kuala Pilah tetapi dijual di Hulu Langat yang terletak kira-kira setengah jam perjalanan sahaja dari bandar raya Kuala Lumpur. Itik panggang Menurutnya, idea itu diperoleh selepas dia tercari-cari jenis perniagaan yang ingin diusahakan sebagai sumber pendapatan. "Boleh dikatakan kebanyakan ahli keluarga saya berniaga, tetapi saya hendak mencari perniagaan yang kurang persaingan supaya boleh bertahan lama. "Sebab itu saya menjual makanan salai bagi memberikan kelainan kepada pelanggan. "Selama tiga bulan saya memikirkan idea perniagaan ini dan akhirnya terlintas di fikiran untuk membawa menu dari Kuala Pilah ke Hulu Langat," jelas bapa kepada empat orang anak ini. Memulakan operasi dari pukul 11 pagi hingga 7 malam, antara yang menarik di gerai ini ialah menu itik panggang dan itik salainya. Ini kerana pelanggan akan dapat menikmati lima rasa berlainan seperti manis, pedas, beraroma dan rasa salai apabila menjamahnya. "Sambutan pelanggan sangat menggalakkan. Sekarang saya perlu menyediakan bahan mentah dalam kuantiti dua kali ganda lebih banyak berbanding semasa mula-mula berniaga dua tahun lalu. "Sudah tentu menu itik juga mendapat permintaan yang tinggi," katanya. Sebelum menyiapkan tempahan pelanggan, Mohd. Zahari terlebih dahulu akan bertanya sama ada mereka mahukan itik yang dipanggang atau disalai kerana kedua-duanya berbeza. PENGGUNAAN tempurung, sabut kelapa dan kayu getah menambahkan lagi aroma pada makanan salai. Jelasnya, itik panggang boleh dimakan begitu sahaja manakala itik salai perlu dimasak selepas itu sama ada dibuat masak lemak cili api, kari atau rendang. "Ada juga pelanggan yang tidak tahu perbezaan kedua-dua kaedah itu, jadi saya akan menerangkannya terlebih dahulu," ujarnya. Menurut Mohd. Zahari, dia menggunakan itik daging yang turut dikenali sebagai itik nila, itik air, itik peking dan itik putih sebagai bahan utama memandangkan itik itu sedap dipanggang. Mohd. Zahari turut menghidangkan daging itik kepada kru Jurnal. Walaupun ini kali pertama mencubanya, hati sudah tertawan untuk menjamahnya lagi. "Keenakan lima rasa yang diperoleh daripada itik salai ini hasil penggunaan ramuan herba tertentu. Dua perasa digaul semasa itik ini diperap manakala tiga perasa lagi ditambah ketika disalai atau dipanggang. "Sebenarnya makanan salai sangat sinonim dengan masyarakat Kuala Pilah. Orang di sana percaya sedap atau tidaknya sesuatu makanan salai itu bergantung kepada teknik mengawal bara api," ujarnya yang mempelajari teknik itu sejak kecil. Kayu getah Mohd. Zahari memberitahu, proses menyalai itik tersebut selama sejam diperlukan bagi mengeluarkan minyak daripada haiwan berkenaan. "Proses itu sama sahaja untuk semua jenis makanan salai lain seperti ayam kampung, daging dan ikan keli. "Itik dibaringkan di atas para terlebih dulu sebelum diangkat dan digantung di atas bara untuk mengeluarkan lebihan minyak. "Daging itik yang disalai mempunyai tekstur yang lebih padat dan memudahkan kerja-kerja memasak berbanding daging yang tidak disalai. "Daging biasa kurang sedap untuk dibuat rendang atau masak lemak cili api," katanya yang menjadikan laman Facebook sebagai medium promosi. Tambah Mohd. Zahari, kayu getah, rambutan dan sabut kelapa digunakan dalam proses menyalai. SELAIN itik, ayam kampung, ikan keli dan daging batang pinang turut dijual di gerai yang terletak di Batu 12, Hulu Langat, Selangor ini. "Bara yang terhasil daripada kayu getah berbeza kerana baranya mengurangkan bau asap tetapi sebaliknya dapat memberikan aroma kepada bahan yang disalai. "Jika dilihat dengan mata kasar, pasti ada yang beranggapan tugas menyalai ini senang tetapi sebenarnya tidak semudah yang disangka malah memerlukan kesabaran yang tinggi. "Bukan hanya perlu bermandi asap tetapi juga proses menyalai kesemua itik di gerai ini mengambil masa yang lama iaitu sehingga dua jam dan perlu sentiasa dijaga rapi," jelasnya sambil memberitahu, harga bagi itik salai bermula dari RM53 hingga RM60 seekor bergantung kepada saiz yang diinginkan pelanggan. Ujar Mohd. Zahari, dia mendapat bekalan itik segar daripada pembekal tempatan khususnya ladang di sekitar Semenyih, Selangor serta Tanjung Ipoh yang terletak di Kuala Pilah. "Jika dibandingkan ayam dan itik salai, minyak yang dikeluarkan itik salai menjadikan hidangan itu lebih sedap, sedangkan ayam mengeluarkan rasa salai sahaja," ujarnya yang mendakwa belum pernah menerima komen negatif daripada pelanggan berhubung produk salai keluarannya. Sementara itu, seorang pelanggan, Nazura Shamsuddin, 39, memberitahu, keenakan makanan salai keluaran Ombong Salai Enterprise tidak diragukan lagi. "Saya sering membeli makanan salai yang dijual di gerai ini apabila bertugas di sekitar Hulu Langat. Gerai ini membolehkan saya mendapatkan bekalan makanan salai tanpa perlu pulang ke kampung. "Selain harganya yang berpatutan, hasil salaiannya juga sekata apatah lagi makanan salai menjadi kegemaran saya sekeluarga," katanya yang turut mempromosikan gerai tersebut kepada rakan-rakannya. |
You are subscribed to email updates from Makanan pelik di Kuala Lumpur - Google Blog Search To stop receiving these emails, you may unsubscribe now. | Email delivery powered by Google |
Google Inc., 20 West Kinzie, Chicago IL USA 60610 |
No comments:
Post a Comment