Monday, 17 March 2014

Blog Makanan di Kuala Lumpur - Blogger - Blog Makanan di Kuala Lumpur

Blog <b>Makanan di Kuala Lumpur</b> - Blogger - Blog Makanan di Kuala Lumpur


Blog <b>Makanan di Kuala Lumpur</b> - Blogger

Posted: 15 Feb 2014 11:14 PM PST

Kuala Lumpur banyak dipilih wisatawan Indonesia sebagai destinasi liburan. Pasalnya, ibukota Malaysia ini merupakan satu dari sedikit destinasi luar negeri yang menawarkan biaya wisata terjangkau. Apalagi, saat ini bermunculan maskapai-maskapai budget seperti AirAsia, Citilink, dan Lion Air yang menawarkan penerbangan ke Kuala Lumpur dengan harga murah. Hotel-hotel budget yang menawarkan hunian nyaman dengan harga terjangkau juga dapat dengan mudah ditemukan di berbagai wilayah Kuala Lumpur. Berikut adalah hotel-hotel budget terbaik di Kuala Lumpur versi VoucherHotel.com.

1. D'Oriental Inn
D'Oriental Inn merupakan hunian yang tepat bagi para penggemar shopping. Hotel ini terletak di kawasan Chinatown, Petaling Street, Kuala Lumpur, yang penuh dengan kios warna-warni. Berbagai jenis barang mulai dari produk fashion sampai makanan dapat ditemukan wisatawan di sekitar hotel.

Tak cuma menawarkan lokasi yang istimewa, D'Oriental Inn juga menyediakan hunian nyaman untuk para tamu. Hotel bintang 2 ini memiliki 85 kamar tamu yang telah dibekali dengan fasilitas lengkap seperti AC, kamar mandi pribadi + shower air hangat dan dingin, perlengkapan mandi gratis, TV, serta Wi-Fi gratis. Untuk menginap di D'Oriental Inn, wisatawan hanya perlu menyiapkan dana sekitar Rp330.000-an per malam.

D'Oriental Inn

D'Oriental Inn

2. Ryokan @ Damansara Utama
Sebagai hotel budget, Ryokan @ Damansara Utama menawarkan pengalaman bermalam yang unik. Hotel bintang 2 ini mengusung desain jadul dengan dinding batu bata kasar di beberapa bagian hotel. Uniknya lagi, Ryokan @ Damansara Utama menggunakan nama-nama yang berbeda untuk tiap jenis kamarnya. Alih-alih kamar standar, superior, atau deluxe, Ryokan @ Damansara menggunakan nama The Duke and Dutchess dan The Aristocrat untuk jenis-jenis kamar di hotelnya.

Untuk urusan fasilitas, Ryokan @ Damansara tak kalah dengan hotel-hotel budget lainnya di Kuala Lumpur. Fasilitas kamar standar seperti AC, kamar mandi pribadi + shower, perlengkapan mandi, dan brankas telah tersedia di tiap-tiap kamar. Bahkan, beberapa fasilitas mewah seperti TV LCD 32 inci dan akses internet nirkabel gratis juga bisa dinikmati para tamu. Ryokan @ Damansara menawarkan tarif yang cukup terjangkau yaitu sekitar Rp550.000 per malam.

Ryokan @ Damansara

Ryokan @ Damansara

3. Hotel China Town Inn
Lokasi yang strategis juga menjadi andalan dari Hotel China Town Inn. Sesuai dengan namanya, China Town Inn berlokasi di kawasan China Town di mana terdapat bazar super meriah setiap malamnya. Para tamu China Town Inn bisa dengan mudah mendapatkan makanan, minuman, ataupun berbelanja berbagai jenis barang begitu keluar dari hotel.

Fasilitas hotel yang lengkap dan pelayanan ramah yang disediakan oleh China Town Inn siap menjamin kenyamanan bermalam para tamu. Hotel setinggi 5 lantai ini memiliki 69 kamar cukup luas yang telah dilengkapi dengan fasilitas standar seperti TV dan saluran kabel, pemutar DVD, kamar mandi pribadi + shower, AC, juga Wi-Fi gratis. Tarif yang ditawarkan Hotel China Town Inn hanya sekitar Rp295.000-an per malam.

China Town Inn

China Town Inn

4. Prescott Hotel KL Medan Tuanku
Wisatawan yang mendambakan hunian berkelas dengan harga terjangkau bisa mencoba menginap di Prescott Hotel KL Medan Tuanku. Menyandang gelar sebagai hotel bintang 3, Prescott Hotel KL Medan Tuanku membekali huniannya dengan beragam fasilitas serta pelayanan yang profesional. Lokasi hotel yang berada jantung kota Kuala Lumpur menjadikan Prescott Hotel KL Medan Tuanku sebagai akomodasi yang tepat bagi para pebisnis maupun wisatawan.

Prescott Hotel KL Medan Tuanku memiliki 139 kamar tamu yang tersebar di 9 lantai berbeda. Tiap-tiap kamar memiliki ukuran yang cukup luas dan telah dibekali dengan fasilitas modern berupa TV LCD 32 inci, AC, kamar mandi dan shower, pengering rambut, telepon pengingat bangun, juga akses internet nirkabel gratis. Tarif menginap di hotel ini mencapai Rp800.000-an per malam. Tapi, bila memesan melalui VoucherHotel.com, kamu bisa mendapatkan harga hanya sekitar Rp370.000-an per malam.

Prescott Hotel KL Medan Tuanku

Prescott Hotel KL Medan Tuanku

5. Nest Boutique Hotel
Berstatus sebagai hotel butik, Nest Boutique Hotel tentu mengusung desain yang cantik dan menarik. Bagian depan hotel dilapisi dengan kombinasi warna-warna mencolok yaitu biru, hijau, ungu, dan kuning. Sementara di dalam hotel, pengunjung bisa menyaksikan kombinasi warna gelap dan terang yang chic ditambah dengan tambahan hiasan berupa lukisan pohon dan burung yang menghadirkan kesan alami.

Nest Boutique Hotel menawarkan 30 kamar nyaman yang dilengkapi dengan seprai katun dan selimut bulu angsa. Setiap kamar di Nest Boutique Hotel juga memiliki TV LCD 40 inci, kamar mandi + shower air hangat, AC, dan Wi-Fi gratis. Untuk menginap di Nest Boutique Hotel, wisatawan harus menyiapkan dana sedikitnya Rp370.000 per malam.

Nest Boutique Hotel

Nest Boutique Hotel

6. Hotel Sentral Kuala Lumpur
Baik bagi wisatawan maupun pebisnis di Kuala Lumpur, Hotel Sentral Kuala Lumpur bisa menjadi akomodasi yang tepat. Pasalnya, hotel ini berlokasi di dekat stasiun KL Sentral yang dikelilingi oleh gedung-gedung perkantoran, pusat perbelanjaan, tempat hiburan, dan juga restoran. Hotel Sentral Kuala Lumpur juga mudah dicapai dari berbagai kawasan di Kuala Lumpur termasuk dari KLIA atau Bandara Internasional Kuala Lumpur.

Mengusung desain yang tegas dan modern, Hotel Sentral Kuala Lumpur memiliki 192 kamar dan suite untuk memenuhi kebutuhan para tamu dengan mobilitas tinggi. TV LCD + saluran kabel, telepon, kamar mandi pribadi, dan akses internet nirkabel berkecepatan tinggi telah tersedia di tiap-tiap kamar. Hotel Sentral Kuala Lumpur menawarkan tarif cukup terjangkau yaitu sekitar Rp400.000-an per malam.

Hotel Sentral Kuala Lumpur

Hotel Sentral Kuala Lumpur

7. Cube Boutique Hotel
Desain yang cantik menjadi salah satu kelebihan dari Cube Boutique Hotel di Kuala Lumpur, Malaysia. Hotel ini didominasi oleh warna putih dan merah yang terkesan rapi namun bersemangat. Sementara itu, kombinasi desain retro dan kontemporer dapat terlihat di bagian dalam hotel. Cube Boutique Hotel juga memiliki lokasi strategis di Jalan Pudu yang berdekatan dengan salah satu kawasan belanja terpopuler di Kuala Lumpur – Bukit Bintang.

Cube Boutique Hotel menawarkan 3 tipe kamar berbeda yaitu Standard Single, Standard Twin, dan Deluxe Queen. Semua jenis kamar telah dibekali dengan fasilitas AC, kamar mandi pribadi, TV layar datar, pengering rambut, juga Wi-Fi gratis. Tarif menginap di Cube Boutique Hotel hanya sekitar Rp430.000-an per malam.

Cube Boutique Hotel

Cube Boutique Hotel

8. V Garden Hotel
Tema kebun yang hijau tampak jelas terihat di V Garden Hotel. Meski menempati wilayah yang tak terlalu luas di jantung kota Kuala Lumpur yang padat, V Garden Hotel mampu menghadirkan kesan asri melalui kebun-kebun mungil dan tanaman-tanaman hijau di seluruh kawasan hotel. Suasana asri dan alami bahkan masih bisa dirasakan hingga ke bagian lobi dan kamar hotel berkat kehadiran pot-pot mini dan lukisan bunga nan indah.

Terdapat 21 kamar tamu di V Garden Hotel, Kuala Lumpur. Guna menjamin kenyamanan pengunjung, setiap kamar telah dilengkapi dengan TV LCD 32 inci, AC, kamar mandi pribadi dan perlengkapan mandi gratis. Akses internet nirkabel gratis yang tersedia di setiap kamar menjamin kelancaran konektivitas para tamu. Tarif bermalam di V Garden Hotel hanya sekitar Rp436.575 per malam.

V Garden Hotel

V Garden Hotel

9. Crossroads Hotel
Crossroads Hotel bisa dibilang sebagai salah satu hotel budget terbaik di Kuala Lumpur. Dengan tarif sekitar Rp480.000-an per malam, Crossroads Hotel menyediakan hunian berfasilitas cukup lengkap dengan pelayanan yang memuaskan. Terdapat 50 kamar tamu nyaman yang telah dilengkapi dengan perabot-perabot modern seperti TV LCD 32 inci, kunci elektronik, telepon, alat pemanas air, saluran film, serta akses internet nirkabel gratis. Lokasi Crossroads Hotel juga terbilang strategis karena berdekatan dengan Putra World Trade Center dan Museum Biomedis.

Crossroads Hotel

Crossroads Hotel

10. LaComme Inn
Daya tarik utama dari Lacomme Inn adalah lokasinya yang strategis. Hotel bintang 3 ini terletak di kawasan Bukit Bintang yang terkenal sebagai salah satu kawasan belanja utama di Kuala Lumpur. Para tamu Lacomme Inn bisa mencapai tempat-tempat hiburan seperti bar, kafe, restoran, juga Sungei Wang Plaza dalam waktu sekitar 5-10 menit saja.

Lacomme Inn yang terdiri dari 3 lantai memiliki koleksi 22 kamar tamu yang dilengkapi dengan seprai kualitas premium. TV plasma beserta saluran kabel dan HBO, alat pemanas air, AC, dan Wi-Fi gratis telah tersedia di setiap kamar. Pihak hotel juga siap menyediakan oven microwave jika diminta. Tarif menginap di LaComme Inn adalah sekitar Rp477.000 per malam.

Lacomme Inn

Lacomme Inn

11. Alamanda Hotel Chinatown
Menginap di Alamanda Hotel Chinatown, wisatawan akan mudah mengakses berbagai tempat menarik di Kuala Lumpur. Lokasi Alamanda Hotel Chinatown memang sangat strategis karena berdekatan dengan halte bus serta stasiun LRT dan MRT. Beberapa tempat menarik seperti Kuil Sri Maha Mariamman, Stadium Nagara, serta Museum / Muzium Tekstil berlokasi tak jauh dari hotel. Sementara pada sore dan malam hari, kios-kios warna-warni yang menjual berbagai jenis barang dan makanan bermunculan di sekitar hotel.

Alamanda Hotel Chinatown memiliki 58 kamar tamu yang berfasilitas lengkap namun bertarif terjangkau. Dengan membayar sekitar Rp240.000 per malam, para tamu sudah bisa bermalam dengan nyaman di kamar mungil yang dibekali dengan AC, kamar mandi pribadi, dan jaringan Wi-Fi gratis.

Alamanda Hotel Chinatown

Alamanda Hotel Chinatown

12. D'Garden Hotel
D'Garden Hotel menonjolkan desain hotel yang cantik dengan tema taman atau kebun. Berlokasi di kawasan Taman Maluri, Kuala Lumpur, para tamu D'Garden Hotel bisa mencapai Stasiun LRT Maluri hanya dengan berjalan kaki. Sementara itu, Segitiga Emas / Golden Triangle Kuala Lumpur yang dipenuhi dengan plaza-plaza modern hanya berjarak sekitar 10 menit dengan menggunakan mobil atau kendaraan umum.

Terdapat 72 kamar tamu bersih dan nyaman berbekal fasilitas modern di D'Garden Hotel, Kuala Lumpur. AC, kamar mandi pribadi, dan akses internet nirkabel bisa dinikmati para tamu di setiap kamar. Sementara di luar kamar, para tamu bisa bersantai sambil menikmati segarnya taman dalam ruangan dan air terjun mini. Semua fasilitas tersebut bisa dinikmati wisatawan dengan hanya membayar sekitar Rp314.000-an per malam.

D'Garden Hotel

D'Garden Hotel

13. Leo Express Hotel
Tergolong sebagai hotel baru, Leo Express Hotel cukup populer di kalangan wisatawan sadar anggaran. Hotel bintang 3 yang terletak di Jalan Sungai Besi kawasan Pudu ini menawarkan kamar-kamar nyaman dengan harga terjangkau. Terdapat 109 kamar nyaman yang dibekali dengan TV layar datar, kamar mandi pribadi, AC, serta minibar dan alat pemanas air. Leo Express Hotel juga menyediakan akses internet nirkabel gratis di dalam kamar maupun di lingkungan hotel. Untuk menginap di Leo Express Hotel, sediakan saja dana sekitar Rp366.000 per malam.

Leo Express Hotel

Leo Express Hotel

Tertarik? Segera susun rencana jalan-jalanmu dan jangan lupa cek hotelnya, hanya di VoucherHotel.com

.

12b) <b>Makanan pelik di</b> Putrajaya - Google Blog Search

Posted: 10 Mar 2014 11:17 PM PDT

5

"AWAK tinggal beritahu kereta yang mana awak inginkan. Kita pandu keluar." Confident sahaja dia offer sebuah kereta buat Aisha. Mahu babah tahu, kelu lidah dia hendak menjawab. Duit tidak menjadi masalah buat Ivan, leteran dari babah sahaja yang buat dia pening kepala.

"Kereta kebal ada?" Aisha sekadar memerhati ruangan showroom. Kereta-kereta mewah yang terpamer di situ hanya memberi satu makna sahaja kepada Aisha iaitu kemudahan.

"Awak nak pergi berperang ke?"

"Hihihi... tak adalah. Saja bergurau. Saya dah biasa ke mana-mana dengan LRT mahupun pengangkutan awam yang lain."

"Laaa... saya nak bagi awak kereta, awak tolak pula?"

"Awak nak bagi tapi saya tak cakap saya nak terima."

"Habis ke mana-mana kita pergi, saya kena naik pengangkutan awamlah kalau begitu?"

"Ya, Encik Ivan Hayden. Kalau tak pun, awak masih boleh naik kereta awak dan saya naik public transport. Kita bertemu di mana sahaja lokasi yang dijanjikan. Saya rasa tiada masalah."

Pertemuan yang diatur cukup mudah. Sama seperti apa yang berlaku kepada mereka setiap kali ingin berjumpa. Hari ini, Aisha hanya meminta Ivan mengirimkan mesej akan lokasi syarikat Brittany. Tidak menjadi masalah bila ada pengangkutan awam yang melalui kawasan menempatkan syarikat tersebut. Bas ada, teksi pun banyak.

"Encik Hayden..." Aneesa yang merupakan setiausaha syarikat mendekati kedudukan dirinya dan Aisha di sebelah kiri ruang showroom.

Ivan menoleh, "Ya, saya."

"Boleh semak beberapa dokumen yang saya kepilkan sebelum Encik Hayden turunkan tandatangan di sini?"

"Sekejap ya, awak."

"Oh, okey."

Aisha mengambil jarak bila Ivan ke bahagian front desk syarikat Brittany. Dia memerhatikan Ivan meneliti dokumen-dokumen yang ada dari jauh. Aura lelaki itu semasa bekerja ternyata berbeza berbanding saat berada di universiti. Jika di universiti, Ivan kelihatan sangat relaks dan kasual. Berada di sini, terserlah sisi yang lain daripada yang sebiasa Aisha lihat.

Semuanya melibatkan urus niaga pengeksportan kereta-kereta keluaran syarikat ke Eropah. Ia membuatkan Ivan berfikir tentang sesuatu sebelum menurunkan tandatangannya.

"Aneesa, awak ada dapat panggilan daripada kilang kita di Kedah?"

"Belum lagi Encik Hayden, mungkin petang sedikit rasanya."

"Kalau mereka telefon, maklumkan kepada saya secepat mungkin sebab kapasiti pengeluaran kereta di kilang yang terletak di Sik tu akan ditambah. Jadi, untuk barisan pertama selepas perubahan dibuat, saya nak tahu sama ada terdapat masalah atau tidak untuk jenama Mercury dan Prestigue disiapkan mengikut tarikh yang ditetapkan."

"Baiklah, saya akan maklumkan sekiranya terdapat panggilan yang dibuat."

"Oh, ya... hari ni babah saya masuk lambat ke?" Baru Ivan perasan, sejak dia tiba tidak sampai setengah jam tadi, tidak kelihatan pula Datuk Rill Hayden membuat rondaan di ruang showroom. Selalunya, itu antara hobi babahnya yang tidak dapat dikikis saban hari.

"Datuk dah masuk awal pagi dan sejam selepas itu keluar bertemu klien di Subang Jaya. Katanya akan terus ke Kelana Jaya. Khabarnya ingin berjumpa dengan wakil dari kilang di Thailand pula untuk berbincang akan kontrak edaran kereta ke pasaran Asia Tenggara. Rasanya Datuk tak masuk pejabat selepas itu."

"Terima kasih, Aneesa."

"Ada apa-apa lagi yang boleh saya bantu Encik Hayden?"

"Hmmm... rasanya tak ada. Nanti kalau saya perlukan bantuan, saya akan panggil awak semula."

"Baiklah kalau begitu."

Ivan beralih dari front desk menuju ke arah Aisha. Gadis itu masih tekun memerhati kereta-kereta yang ada terpamer di ruang tersebut.

"So, dah fikir nak pilih kereta yang mana?"

"Awak nak buat apa beli kereta banyak-banyak? Kereta yang awak pandu setiap hari tu dah cukup untuk memudahkan awak ke mana-mana."

"Tapi, saya nak berikan hadiah untuk awak."

"Awak nak berikan saya hadiah?" Aisha ingin mengetahui sebab-musabab Ivan ingin memberikan hadiah kepadanya. Hari lahirnya lambat lagi dan tak mungkin Aisha berbesar hati menerima sebuah kereta sebagai hadiah hari lahir. Itu bukan cara Aisha. "But, why? Hanya kerana saya selalu gunakan public transport?"

Ivan terus mengangguk. Dia risau setiap kali Aisha ke mana-mana malah menemuinya dengan menaiki pengangkutan awam. Kalau Aisha memiliki kenderaan sendiri, kuranglah sedikit rusuh di hatinya memikirkan keadaan gadis itu di jalan raya.

"Hihihi... niat baik awak saya hargai. Tetapi, jujur saya katakan saya selesa dengan cara saya dan saya tak mahu termakan budi manusia dengan mudah. Saya harap awak hormati pendirian saya."

Nampaknya pertemuan mereka berdua di syarikat Brittany tidak memberikan hasil seperti yang diharapkan oleh Ivan. Hendak mengeluh pun tiada guna. Sedikit sebanyak dia memahami dengan lebih mendalam akan keperibadian Aisha dari kaca matanya sendiri. Memang tidak silap dia berusaha mengenali Aisha kerana dia nampak banyak kelebihan gadis itu berbanding gadis-gadis lain di luar sana.

"Awak..."

"Ya, saya."

"Boleh saya minta izin untuk gunakan ruang solat di bangunan ni?" Dalam hati, Aisha mengharapkan bahawa ada disediakan ruang solat untuk pekerja-pekerja muslim di syarikat Brittany. Maklum bahawa bangunan tersebut cukup besar dan luas, rugi sekiranya tidak dimanfaatkan dengan menyediakan ruang solat untuk tujuan beribadah.

Ivan jadi tak pasti pula. "Hmmm... sekejap ya?" Macam mana dia nak pastikan, kalau dahi tu dah lama tak menyentuh sejadah dalam erti kata ikhlas beribadah. Solat yang lima waktu, sering kali bertebaran entah ke mana. Apa yang dia tahu, setiap hari Jumaat dia dan Eric ditarik mengikuti Ted ke masjid untuk menunaikan solat Jumaat, itu sahaja

Aisha hanya memerhati bila Ivan mendekati kedudukan meja Aneesa. Mereka berbicara seketika. Sesekali kelihatan Ivan menganggukkan kepala namun Aisha tidak mendengar langsung butir perbualan di antara mereka berdua. Dia hanya memandang ke lain bila langkah Ivan diatur kembali ke arahnya.

"Ruang untuk solat ada di tingkat dua. Telekung pun ada disediakan. Awak nak saya tunjukkan arahnya?"

"Awak tak nak solat sekali?"

"Maksud awak berjemaah?"

"Ya. Bukankah pahalanya lebih berlipat kali ganda jika hendak dibandingkan dengan solat bersendirian?"

"Tapi memikul tugas sebagai seorang imam bukan perkara mudah, Cik Aisha. Besar tanggungjawabnya. Saya tak boleh nak sesuka hati mengimamkan awak sedangkan solat sendiri pun belum tentu saya dapat khusyuk apatah lagi hendak berjemaah." Malu memanglah malu, tetapi benda betul takkanlah Ivan nak ambil ringan sahaja.

"Kalau macam tu, tak apalah. Lain kali mungkin."

Nada ayat 'lain kali mungkin' itu kedengaran semacam sahaja di telinga Ivan.

"Sekarang ni, kita solat zohor dahulu. Asing-asing pun tak mengapa, janji kita tunaikan apa yang wajib." Sempat lagi Aisha tersenyum. Dia nampak banyak lompang kekurangan yang cuba disembunyikan oleh Ivan tetapi itu lebih baik dari tersimpan. Mana yang elok, Aisha akan cuba sehabis baik untuk membantu. Sama-sama memperbaiki kelemahan dalam diri dengan saling memberi dan menerima. Selagi Allah SWT memberikan kesempatan buatnya memperbaiki diri, tiada ruginya jika hamba-Nya beriltizam untuk berubah ke arah yang lebih baik. Di samping itu mengajak orang lain untuk sama-sama berubah ke jalan yang diredai-Nya.

"Kita ke tingkat dualah kalau begitu..." Ivan sudah melajukan langkah berjalan di bahagian hadapan. Aisha hanya mengekori.

Mereka mendaki tangga ke tingkat dua dan Aisha dapat melihat ruangan di tingkat atas nyata berbeza dengan ruangan showroom di tingkat bawah. Di sini terdapat banyak bilik yang digunakan untuk pekerja-pekerja juga bahagian pentadbiran. Kelihatan beberapa orang pekerja Brittany berada di meja masing-masing, melunaskan tanggungjawab seharian. Sempat jugalah mereka memandang ke arah Ivan dan Aisha yang baharu sahaja tiba ke ruangan tersebut.

"Kalau awak nak tahu, inilah ruang kerja saya jika saya masuk ofis." Ivan menunjukkan sebuah bilik yang menampilkan nama juga jawatannya di muka pintu. Belum masanya dia mengajak Aisha masuk apatah lagi mereka berdua sahaja sekarang ini.

"Oooh... okey."

Mereka meneruskan langkah ke sebelah kiri. Terdapat ruang pantry juga ruang solat yang terletak saling berhampiran. Kalaulah Aneesa tidak memaklumkan, pasti Ivan sendiri tidak perasan ruang tersebut adalah tempat untuk warga Brittany mengerjakan solat. Ivan pun hanya sesekali sahaja ke bahagian pantry, jadi dia memang tak ambil pusing sangat akan lokasi tersebut.

"Awak solatlah dahulu, take turn..." Tak bolehlah nak main serbu masuk berdua kerana ruang solat itu hanya boleh memuatkan seorang sahaja dalam satu-satu masa dan tak manis pula jika ada pekerja lain yang melihat. "Saya tunggu awak dekat pantry."

Aisha hanya mengiyakan sebelum dia melangkah masuk ke ruang solat yang ada. Pintu dikunci dari dalam. Dia bergerak ke tempat mengambil wudhuk dan berwudhuk sebelum menyegerakan memakai telekung. Solat zohor empat rakaat itu ditunaikan dengan rasa lapang di dalam hati.

Segelas air masak berjaya dihabiskan saat Aisha menunggu di ruang pantry. Aisha tidak tahu hendak membuat apa bila bersendirian di situ. Dia hanya memerhati dekorasi pantry yang nampak ringkas dan mudah. Sebuah meja bulat disertakan dengan lima buah kerusi mengelilingi. Peti sejuk, singki mencuci dan rak pengering terletak saling berdekatan. Kabinet pula menempatkan barang-barang seperti water purifier, coffee maker, rak pinggan dan cawan malah bekas berisi pelbagai barangan termasuk biskut dan kuih-muih. Mungkin sahaja ada tea lady yang menguruskan bahagian tersebut.

"Jom?" Muncul Ivan di situ mengajaknya untuk keluar.

"Dah fikir nak kereta jenis yang mana? Sporty, classy, casual, compact, SUV, MPV tapi jangan tanya jenis eco car pula... memang tak ditawarkan dekat Brittany."

"Awak."

"Hmmm..." Ivan memandang Aisha yang bergerak menuruni tangga di sebelahnya.

"Saya tak nak kereta, jauh sekali memandu kereta."

"Tapi kenapa?"

"Memandu di tengah kesesakan kota raya sangat berbahaya dan, saya mana ada lesen kereta..."

"Laaa... ye ke?"

"Sebab itu saya rasa pelik, kenapa awak ajak saya ke syarikat awak. Ingatkan awak ada urusan penting, sebab tu kita berjumpa di sini."

"Jadi sia-sia sahajalah saya bawa awak ke mari?" Ivan mengeluh.

"Eh, tak adalah. Saya tak rasa sia-sia pun. Sekurang-kurangnya saya tahu awak bekerja sambil belajar. Tak mudah nak uruskan dua perkara dalam satu masa. Tapi, mungkin sebab awak antara ketua di sini jadi tiada masalah untuk bahagikan masa awak di universiti mahupun syarikat."

"Nak kata susah tu tak adalah susah mana. Selagi saya faham dan cepat tangkap, semuanya boleh berjalan dengan mudah tak kira di universiti atau syarikat. Cuma part yang susah bila papa saya minta idea untuk luaskan pasaran syarikat malah fikirkan cara untuk meningkatkan jualan setiap suku tahun. Masa tu, baharu pecah kepala nak manage sekali gus."

"I'm always believe that you will do well in whatever you're doing."

"Oh, thanks." Ivan tidak sedar sejak bila dia tersenyum.

"So, shall we hit the road now? Saya dah rasa lapar." Comel sahaja riak di wajah Aisha mempotretkan dirinya yang berasa lapar.

"Okay, let's go!" Ivan menolak daun pintu dan mempersilakan Aisha untuk keluar terlebih dahulu.

"Terima kasih." Aisha yang melangkah keluar terlebih dahulu sudah mengucapkan terima kasih di atas perhatian yang diberikan oleh Ivan.

Ivan tersengih. Mereka mendekati kereta yang diparkir berdepanan dengan bangunan syarikat. Dia mmboloskan diri ke dalam kereta. Aisha turut melakukan perkara yang sama dengan duduk di sebelah pemandu.

"Kita nak makan di mana?"

"Selera Rastaaaaaaaaaaa!" Dalam nada bergurau Ivan menjawab seiring dengan jari telunjuknya sudah diisyaratkan akan lokasi yang hendak dituju. Mindanya sudah merencana untuk makan di Hotel Applegate.

"Manalah Selera Rasta buka waktu-waktu begini?" Seketika kedengaran tawa Ivan meletus bila Aisha mengetap bibir. Geram dirinya dipermainkan oleh lelaki itu.

Tidak dinafikan Selera Rasta menjadi lokasi favourite pelajar-pelajar Unitadz untuk makan dan hang out bersama rakan-rakan di waktu malam dan hanya beroperasi bermula jam enam petang.

Baharu sahaja Ivan hendak membuat pusingan U di persimpangan hadapan, telefon bimbitnya berbunyi. Lantas iPhone yang berada di dalam saku seluar slack ditarik dan diserahkan kepada Aisha.

"Saya tak bawa handsfree, tolong swipe dan pegangkan, boleh?"

"Err... ah, okey." Aisha menyambut telefon yang dihulur. Tertera nama Lucy di permukaannya. Tanpa menunggu lama Aisha menyentuh permukaan skrin sebelum dilaraskan kepada speaker.

"Lucy..." Aisha menyebut sebaris nama tersebut agar Ivan tahu siapa pemanggilnya. Dalam hatinya tertanya-tanya. Siapalah Lucy yang membuat panggilan sekarang ini?

"Haaa... Lucy. Awat call?"

"Papa Eric masuk hospital, heart attack. Aku on the way ke KPJ."

Aisha yang mendengar terus menekup mulut dan beristighfar. Walaupun dia tidak kenal individu yang dimaksudkan, tetapi lelaki itu orang tua Eric. Sedikit sebanyak terpalit rasa bimbang di dalam dirinya bila melihatkan wajah Ivan berubah mendadak. Dari ceria bertukar muram mendengarkan perkhabaran tersebut.

"Kalau macam tu, aku datang sekarang. Jumpa dekat sana."

Tak sempat hendak bertukar salam, panggilan sudah terlebih dahulu ditamatkan oleh Ted. Aisha merenung skrin telefon bimbit yang bertukar gelap di tangan. Biarlah telefon itu dipegangnya terlebih dahulu. Dia perasan perubahan besar di wajah Ivan dan dia tidak mahu mengganggu tumpuannya memandu sekarang.

"Aisha, boleh awak temankan saya ke sana?"

"Iyalah, saya temankan. Awak pandu kereta ni elok-elok. Saya rasa dah laju semacam awak drive sekarang..." Walaupun hendak segera tiba ke hospital, keselamatan diri di jalan raya sekarang patut sama-sama dititik beratkan.

"Sorry." Ivan tidak melanjutkan kata selepas itu. Tumpuannya tetap di jalan raya walaupun fikirannya sudah melayang teringatkan perihal Eric juga papanya, Datuk Abdullah.

IVAN nampak Eric tertunduk sugul di luar bilik pemeriksaan. Aisha yang mengekorinya turut tertanya-tanya akan keadaan papa Eric yang masih lagi menjalani rawatan.

"Eric." Ivan datang dekat seraya memeluk Eric yang kelihatan lemah. Saat pelukan dileraikan, Eric nampak ada gadis yang berdiri di sebelah kanan Ivan.

"Lucy dah sampai dan dia ke surau. Kau dari mana dengan Aisha?" Baru dia perasan akan kehadiran Aisha sama.

"Aku dari main office Brittany tadi. Hajat nak pergi makan. Tapi bila dapat panggilan dari Lucy fasal papa kau terus kami ke mari. Macam mana dengan keadaan papa kau?"

"Masih lagi menjalani pemeriksaan di dalam. Driver yang jumpa papa aku di bilik hotel sebab tak turun-turun selepas lunch." Eric sedaya-upaya cuba menyembunyikan rasa sedihnya di depan Ivan.

"Dah lama kau sampai?" Ted tiba-tiba menegur. Dia yang baru sahaja kembali dari surau langsung tidak berlengah untuk lama-lama berada di bawah.

"Baru je." Ivan menjawab sedang Aisha hanya diam dan tersenyum nipis. Baru dia tahu siapa Lucy yang menelefon sebentar tadi.

"Ivan, Aisha... kamu berdua belum makan lagi, kan? Ajak Lucy sekali turun makan." Eric berasa kasihan mengenangkan mereka bertiga terpaksa bergegas ke KPJ menemuinya setelah dimaklumkan tentang keadaan papanya.

"Aku okey lagi." Ivan menjawab seraya memandang tepat ke wajah Eric. Tidak tegar membiarkan temannya itu keseorangan.

"Aku pun." Ted menjawab walhal dari semenjak di surau perutnya sudah berkeriuk-keriuk minta diisi.

"Kau memanglah okey tapi Aisha tu yang aku kasihan. Pergilah turun dahulu. Apa-apa nanti aku call. Papa aku masih dirawat dekat dalam jadi jangan risau. Pergi makan..." Eric menolak tubuh Ivan juga Ted agar segera bergerak ke kafeteria. Tidak elok jika dibiarkan perut kosong semata-mata kerana dirinya.

Ivan yang sedar akan situasi Aisha terus sahaja menurut. Bukankah gadis itu benar-benar lapar sebelum mereka keluar dari Brittany? Kasihan pula mengenangkan bila dia dengan perut kosong terpaksa menemankan Ivan menemui Eric di KPJ.

"Kalau macam tu, aku bawa Aisha dengan Lucy ke kafe. Sekejap lagi selesai makan kami naik balik. Kalau ada apa-apa jangan lupa untuk beritahu sesegera mungkin. Faham?"

"Iyalah. Kau ni kalau mengarah, memang macam mak nenek."

"Ingat apa yang Ivan pesan?" Ted menepuk bahu Eric yang cuba untuk tersenyum.

"Yalah..."

Eric memerhatikan Ivan, Ted dan Aisha yang bergerak ke arah lif di sebelah kanannya. Saat mereka hilang dari pandangan, terbit keluhan keluar dari bibirnya.

"Maafkan Aiman, papa..." Dia masih ingat akan kata-kata yang diucapkan kepada papanya petang semalam. Akibat merajuk dengan teguran papanya, dia tidak pulang ke rumah apatah lagi ke hotel. Sebagai tanda protes sengaja dia bermalam di studio seni Unitadz seorang diri.

Eric bimbang jika perkataan 'Goodbye' yang dilafazkan semalam menjadi perbualan terakhir di antara papa dan dirinya. Dia jadi betul-betul takut. Air mata yang cuba ditahan dari dilihat teman-temannya sejak tadi kini mengalir juga. Lekas-lekas dikesat dengan belakang tapak tangan. Tidak mahu ada yang melihat.

"Aiman takut papa akan tinggalkan Aiman. Sama macam mama..." Matanya kini fokus ke hadapan. Memandang tepat ke arah pintu bilik pemeriksaan.

Ivan dah bergerak ke bahagian kaunter. Beberapa jenis lauk-pauk yang tersedia dalam tray diperhati sebelum dia menimbang hendak memilih yang mana. Lewat hari ini mereka menikmati hidangan makanan tengah hari.

Aisha sudah lama berlalu mengambil tempat duduk. Itu pun setelah selesai dia memilih makanan yang diinginkan. Ted yang baharu sahaja selesai memilih makanannya turut duduk di meja yang sama. Dia hanya membiarkan kerusi di sebelah kosong agar mudah untuk Ivan duduk setentang dengan Aisha.

"Aisha, kalau saya tanya sesuatu boleh?" Melihatkan Ivan belum ke meja, Ted mengambil kesempatan untuk bertanyakan sesuatu kepada Aisha.

"Erm... tanyalah."

"Awak kenal Hannah?"

"Hannah? Maksud awak, Kak Hannah? Ya, saya kenal dia. Satu fakulti." Tanpa berselindung Aisha memaklumkan.

"Dia ambil jurusan apa dekat Fakulti Bahasa & Kesusasteraan tu? Maksud saya, major? Bahasa atau Sastera?"

"Kalau tanya majoring, Bahasa. So, awak tahulah apa yang minor, kan?"

"Err... ya."

"Kenapa tanya fasal Kak Hannah? Awak kenal Kak Hannah ke?" Rasa unik pula ada yang bertanya fasal seniornya itu. Aisha sendiri sedia maklum, Hannah susah untuk rapat dengan orang lain. Terutamanya jika berlainan fakulti. Sebab itu dia rasa semacam apabila Ted menunjukkan minat untuk mengetahui lebih lanjut tentang Hannah.

"Sort of." Sejak bila dah terbiasa dengan 'sort of' ni? Ted pun naik hairan.

"Sebenarnya, jarang orang tanya fasal Kak Hannah. Lebih-lebih lagi kalau pelajar dari fakulti lain."

"Dia tak campur orang ke?"

"Hmmm... susah nak cakap sama ada campur atau tidak. Tak ramai yang kenal dia di luar. Tetapi, bebudak fakulti memang hormat dia sebagai senior. She's one of the excellent students in our faculty. Boleh dikatakan role model pelajar junior."

"Oh, okey. Terima kasih untuk infonya. Err... maaflah sebab buat Aisha tergendala hendak makan." Baru Ted perasan, disebabkan hendak mengetahui perihal Hannah, tidak sempat Aisha menjamah makanan di dalam pinggannya apatah lagi dirinya.

"Tak apa. Benda kecil sahaja."

"Aik, borakkan apa sampai nasi pun tak sentuh lagi?" Ivan yang baharu sahaja tiba di meja, melabuh punggung di depan Aisha. Seketika dia memandang wajah Ted dan Aisha berselang-seli. Apa kenalah mereka berdua ni?

"Saja bual-bual kosong fasal fakulti Aisha." Ted menjawab.

"Fasal fakulti ke fasal pelajar fakulti? Ayat tu biar jelas sikit." Mulalah Ivan dengan perangai mengusiknya. Arif dirinya akan sikap Ted yang jarang ambil kisah fasal pelajar Unitadz.

"Dah, jangan banyak cakap. Baca doa makan, sekejap lagi kita nak naik atas semula. Tak sedap hati pula aku tinggalkan Eric seorang diri dekat atas."

"Bismillahirahmanirrahim..." Ivan menadah tangan untuk mengetuai bacaan doa makan. Aisha dan Ted sekadar mengaminkan. Sempat lagi Ivan menoleh ke arah Ted di sebelah sambil tersengih-sengih. Ingin memaklumkan bahawa dia boleh membaca doa makan. Mujur makanan yang disuap ke mulut Ted tidak tersembur melihatkan aksi Ivan waktu itu.

Hampir ke petang Ted menemankan Eric di hospital. Selepas sahaja solat asar di surau, Ivan meminta diri untuk pulang terlebih dahulu. Dia ingin menghantar Aisha ke perhentian bas seperti yang diminta oleh gadis itu dan berjanji akan sama-sama menemankan Eric di hospital pada sebelah malamnya.

Beberapa orang penting di Hotel Applegate turut datang melihat-lihat keadaan Datuk Abdullah yang kini dikatakan stabil selepas pemeriksaan menyeluruh dilakukan. Lega hati Eric bila mengetahui papanya tidak lagi berada dalam keadaan bahaya dan kini sedang tidur.

"Malam nanti aku datang temankan kau. Aku bawakan sekali pakaian dari Suite."

"Thanks. Aku tak tahu macam mana nak berterima kasih dengan kau dan Ivan sebab sudi temankan aku dari tadi."

"Relakslah, kita kan kawan. Hari ini hari kau, mana tahu esok lusa hari aku pula susah..."

Ted dapat melihat Eric senyum segaris mendengarkan kata-katanya tadi. Dia tahu, temannya itu berusaha untuk kelihatan tabah dan kuat. Segala kepayahan yang dilalui kalau boleh hendak disorok dari dilihat oleh orang lain. Begitulah sikap Eric dan Ted sendiri rasa kagum.

Mereka bertiga membesar jauh dari rasa kasih seorang ibu. Jadi masing-masing sangat bergantung kepada insan yang digelar ayah semenjak kecil sehinggalah menginjak ke usia dewasa.

Eric kehilangan mamanya semenjak dia berusia tujuh tahun akibat kanser perut. Ivan pula kehilangan uminya akibat kemalangan jalan raya saat dia memasuki tingkatan satu manakala Ted langsung tidak pernah mendapat kasih sayang seorang ibu semenjak dilahirkan. Ini kerana ibunya meninggal dunia selepas mengalami pendarahan teruk saat bersalin.

"Aku gerak dulu. Kalau ada apa-apa telefon aku tahu!"

"Hati-hati..."

"And, one more thing Eric... don't forget to pray. Allah will always listen to your prayer." Di antara mereka bertiga, hanya Eric sahaja yang jarang menunaikan solat walau kerap kali diingatkan oleh Ted. Setakat Ivan bolehlah juga jika kena caranya Ted mengajak. Tetapi Eric agak liat untuk menunaikan Rukun Islam yang ke dua itu.

"Hmmm..." Eric tidak terus menjawab. Dia sekadar menggumam sebelum melihat Ted melangkah keluar dari wad peribadi yang menempatkan dirinya juga Datuk Abdullah.

HAMPIR pukul sepuluh barulah Ted melangkah keluar dari Suite 1601 dengan beg berisi pakaian juga toiletries buat Eric. Setengah jam tadi Ivan memaklumkan bahawa dia sudah tiba di hospital manakala Ted akan singgah ke Suite terlebih dahulu. Gerakan kakinya kini dibawa menuju ke bahagian lif. Setelah memboloskan diri dalam lif, dia terus sahaja menekan butang L yang mewakili ruang lobby hotel.

Pintu lif berdenting sebelum terbuka di tingkat 14. Ini menunjukkan ada pengunjung hotel yang ingin menaiki lif untuk turut serta turun. Ted bergerak sedikit ke sebelah kanan. Seorang gadis melangkah masuk dan Ted cukup terkejut bila mereka berdua kini berkongsi lif yang sama.

Hannah merasakan bahawa dirinya menjadi mangsa renungan Ted. Terlupa dirinya seketika bahawa lelaki di sebelahnya itu merupakan anak kepada pemilik universiti di mana dia belajar sekarang. Rasa pelik adalah setiap kali menemui lelaki itu di sini seperti tiada rumah sendiri.

"Kau dari mana?" Tidak tahu mengapa, sejak dua menjak ini dia merasakan bahawa dia terlalu ramah berbicara bila bertemu dengan Hannah. Situasi sekarang tidak terkecuali.

"Jumpa kawan."

"Kawan yang tempoh hari tu ke?"

"Ya."

"Oh, lupa nak cakap... puisi semalam, simple dan boleh tahan." Ted tidak tahu hendak memuji yang bagaimana. Janji dia dapat menyatakan apa yang dia rasa setelah mendengar gadis itu melantunkan puisi dalam gaya tersendiri.

"Saya 'taram' aje asalkan kena dengan tajuk. I'm quite good when dealing with improvisation." Tidak menjadi masalah buat Hannah untuk hadir dengan idea spontan. Janji tahu nak cakap fasal apa, itu sudah memadai.

"Sekarang ni kerap betul aku jumpa kau." Rasanya dah banyak kali dia nyatakan perkara yang sama.

"Hmmm... saya pun rasa macam tu juga. Tetapi kalau awak rasa tak selesa, saya akan cuba untuk elakkan diri dari kita bertembung di mana-mana." Hannah sendiri rasa tidak selesa bila kerap menemui lelaki itu kebelakangan ini.

"Heh! Macam mana kau nak elak? Cuba kau beritahu aku..." Lainlah gadis itu tahu 'tentatif program' dirinya saban waktu, pasti tiada masalah.

"Ha'ah ek! Saya tak terfikir pula sampai ke situ." Kenapa dirasakan lif bergerak terlalu perlahan ketika ini?

Hannah memandang Ted yang berdiri di sisi sambil menjinjit sebuah beg di tangan kiri. "Awak nak ke mana dengan bawa beg ni? Lari dari rumah?"

"Hahaha..." Seketika terhambur ketawa Ted.

"Kau ni suka betul buat assumptions yang bukan-bukan. Bawa beg tak semestinya nak lari dari rumah. Sama macam duduk lepak dekat tembok rooftop, bukan bermakna nak bunuh diri." Sempat juga kata-katanya diselitkan dengan ayat berbaur sindiran. "Aku nak bawa pakaian untuk kawan aku, Eric. Papanya masuk hospital akibat serangan jantung..."

Belum sempat Hannah ingin membuka mulut bertanyakan keadaan papa temannya itu, lif sudah membawa mereka sehingga ke aras lobby. Mereka melangkah keluar dengan Hannah mendahului di hadapan. Tidak sedar bahawa kehadiran mereka di ruang tersebut menarik perhatian beberapa pasang mata yang juga merupakan pelajar-pelajar Unitadz.

"Kau nak balik terus ke?"

"Ha'ah."

"Nak aku hantarkan?" Sejak bila Tengku Edzfareel bin Tengku Adzlan berani offer seat untuk hantar orang lain balik? Ada hati nak jadi pemandu 'teksi sapu' ke?

"Tak apa. Ada kawan yang akan ambil saya nanti."

Mendengarkan perkataan 'kawan' kening Ted terangkat sedikit.

"Okeylah kalau macam tu. Aku gerak dahulu. Ciao!"

Modal kata lelaki itu selalu sahaja berakhir dengan perkataan 'ciao' dan ia sedikit sebanyak membuatkan Hannah merasa jengkel. Tak boleh ke beri salam elok-elok?

"Assalamualaikum." Harap-harap salamnya berbalas kerana Hannah pasti Ted mendengar ucapan yang disampaikan.

"Wa'alaikumsalam warrahmatullah..." Rendah sahaja Ted membalas sambil melangkah keluar dari pintu utama hotel menuju ke kereta yang dipandu oleh seorang valet attendant Hotel Applegate.

Hannah yang menunggu kehadiran Arya sekadar memerhatikan lelaki itu hilang dari pandangan. Seketika dia tersenyum mengingatkan puisi yang dibaca semalam juga kenangan berada di rooftop bersama-sama lelaki itu tempoh hari. Tidak sedar bila otaknya bekerja sehingga Biru Langit Dia kembali terngiang-ngiang di telinga.

Awan putih, biru langit,

Terang, hangat dan bahang,

Kau dan aku, larut dalam irama kicauan.

Sedang diri tertanya-tanya,

Suara itu milik kau, atau

Sekadar desir angin menyapa?

Sekali lagi aku merenung,

Sekian kali engkau memandang,

Arah yang sama,

Biru langit milik Dia,

Jauh di atas sana.

ps: Maaf, dah berkarat dengan puisi. Sudah lama zaman itu ditinggalkan. Untuk chapter 6 akan datang, ada kuiz 'happy-happy' menanti. Tunggu!

Pojok-Kampung Kota Buaya: 2 Hari 1 Malam <b>di</b> Malaysia (Part 1)

Posted: 17 Mar 2014 12:39 AM PDT

Awal mula, gw dapat tiket promo Air Asia, Surabaya - Kuala lumpur PP = 390rb. Meski penerbangannya 8 bulan kemudian gpp lah.. asal bisa backpackeran.

Gw berangkat hari Senin 10 maret 2014, pagi jam 05.40 (penerbangan pertama). Setelah 3 jam, pesawat mendarat di terminal LCCT Kuala Lumpur, jauh dari bayangan gw, terminalnya sederhana banget, diadu sama Terminal 2 Juanda Surabaya pun masih jauh. Turun dari pesawat, langsung antri di imigrasi. Ditanya-tanyain, tujuan kemana, ada perlu apa, sama siapa.. ya standarlah pertanyaan imigrasi.

Lolos dari jeratan petugas imigrasi (jiah jeratan, berasa kena cukong trafficking :P), gw turun kebawah, tujuan gw mo ganti kartu hp. Gw ganti operator pake DIGI. kl buat gw sih murah.. Gw bayar RM 21 (RM 1 = RP 3600). Dapat pulsa bicara & sms RM 16, trus free internet 3 hari. cukup laaah.. baru gw tau setelah call keluarga dirumah, ternyata biayanya murah banget sekali call (1 menitan) kena 30 sen. Keren abis nih kartu.

Saatnya cari angkutan menuju KL Sentral Kuala Lumpur, dari hasil browsing2 di internet, yang paling murah adalah naik AEROBUS, RM 8 sampai ke KL Sentral. Bisnya lumayan, warna kuning mencolok.

Jarak sekitar 40-50KM ditempuh sekitar 1 jam. Jalanannya bagus bro, lebar & mulus. ga seperti di Indonesia kl pas musim hujan, berasa lewat kawah gunung bromo,wtf. Disekeliling ga ada bagusnya buat diceritain... cuman kebun kelapa sawit doang.

Sampai di KL Sentral tengah hari, gw langsung lanjut ke Genting. dilantai bawah KL Sentral gw langsung beli tiket bus GoGenting. Nah ini bisnya nyaman banget, berasa naik bus eksekutif lah.

Sesuai yang gw dapet dari browsing di internet, gw langsung beli tiket PP, biar di Genting ga pake antri lagi.

Sampai di Genting trus langsung naik gondola, tiketnya sudah temasuk tiket bus tadi.
Jaraknya lumayan, sekitar 3 - 4 KM, melintasi bukit beberapa. Kalo dipake jalan kaki mungkin seharian. Kalo misalkan naik mobil palingan bisa 2 jam kali. So, angkat jempol buat Pemerintah Diraja Malaysia.

Jadi kepikiran, kalo Gunung Bromo, melintasi laut pasir dikasih gondola kaya beginian, wuuaahhh lebih keren pastinya..

Habis muter-muter di Genting, capek. balik lagi ke Kuala lumpur. Naik bis lagi, bisnya OK  loh.. disana rata-rata pake SCANIA, tarikannya maknyusss.. tapi ampun dah, sopir bisnya ugal-ugalan.. Gw yang duduk di bangku belakang berasa dikocok-kocok (jiaah dikocok, emang apaan?? :P).
Kalo yang di Jawa Timur pasti tahu lah bis SK (Surabaya-Jogja/Semarang), atau yang di Jawa Tengah, tahu lah sama bis R*la (Purwodadi-Solo). Ini mungkin pak sopirnya satu angkatan sama mereka or jangan-jangan mantan sopir disini trus jadi TKI di Malay, ah bodo amat dah. Mata gw pokoknya merem ajah, dari pada muntah malah bikin bete, mana ga bawa kantong plastik...

Nyampe di KL Sentral, berhubung hotel gw di kawasan Bukit Bintang, gw naik monorail. Monorail Stesennya ada di seberang KL Sentral, jadi habis turun bus, jalan terus keluar gedung.. ikutin orang-orang dah.. mereka banyak yang mo naik monorail.


Baru kali ini gw naik monorail, Lumayan rasanya, berasa goyang-goyang, trus juga didalem bersih banget.
Turun di Stesen Bukit Bintang, jalan kaki sebentar, sampalah ke hotel yg gw pesen. Sabrina Golden Palace Hotel.

Masuk hotel ini rasanya aneh, musti masuk lorong kecil tangga ke lantai 2, dilantai 1 dibuat tempat pijat refleksologi tau apalah.. gw ga minat blas..

Nyampe di resepsionis, ternyata orangindia, ga bisa bahasa melayu, waduh... macam mana pula ini.. tak bisa cakap malay?? Sepertinya di Malaysia perlu pendidikan kewarganegaraan atau PPKn... ya sudah lah, pake bahasa inggris saja.. sambil inget-inget pelajaran bahasa inggris pas jaman SMA dulu.. untungnya bahasa inggrisnya masih sama.. :P

Gw sodorin form hasil booking lewat www.pesankamar.com ternyata aman-aman saja, klir... tidak ada masalah (terima kasih pak Gabriel Michael). Langsung masuk kekamar. Lumayan lah kelas RM 92, kamar mandi pake shower,toilet, AC dan TV cuman agak sempit.

Malemnya gw jalan-jalan ke Alor Street (Jalan Alor), deket hotel, sekitar 300 meter kali. Kalo ke KL mah, Jalan Alor ini destinasi yang wajib dikunjungi, sorganya kuliner. Puas-puasin dah.. harganya juga relatif ga terlalu mahal.. Kaum Backpacker biasanya ngumpul disini..

Kiri kanan isinya orang jualan makanan & minuman, kebanyakan chinese food. Jadi kalo mau cari makanan Halal musti hati-hati.. waspadai PORK alias Babi..
Gw cari makanan aman ajah, masuk ke rumah makan India muslim, dijamin halal dan murh meriah

Menu Favorit gw, nasi lemak. Minumnya es teh manis, kalo bahasa melayunya tea-o-ais. Kena RM 6.30. sudah kenyang. O iya, beli air minum kemasan RM 1, trus balik ke hotel, Tidur. Bersiap untuk jalan-jalan esok hari.

Wong Kee – Singaporean Yong Tou Fu & BBQ | Food Paradise

Posted: 08 May 2013 09:11 PM PDT

Ih kok udah lama sih ga posting makanan enak? 

Iya maap, sibuk alias riweuh alias ga sempet. Padahal makanan enaknya sih jalan terus kok :P. 

Jadi giniii, kemaren itu ke PVJ. Kadang bosen juga ya bok makan di PVJ, itu lagi itu lagi. Apalagi kalau bawa anak, doyannya Pepper Lunch. Mamanya juga suka banget sih tapi yaaa kalo keseringan kan bosen yes. 

Nah, untunglah kemaren itu ada tempat makan baru di PVJ. Namanya Wong Kee. Tempatnya di eks Ei Jie itu lho, rasanya sih pernah posting soal Ei Jie disini. Ga usah dikasi link nya lah ya, kan udah tutup juga tempatnya. 

Jadiii, si Wong Kee ini jualannya Yong Tou Fu ala Singapore dan BBQ gitu. Ada Ayam, ada Bebek. Ga ada Pork sih, amanlah. 

Image

Intip punya intip, si Yong Tou Fu ini menggoda banget. Kita bisa pilih gitu isinya mau apa, ada macam2 kayak Tahu, Tahu Goreng, Paria, Baso, Baso Ikan, Cabe isi, dll. Ada juga Sayuran macam Kangkung, Toge, dan Brokoli. Nah kuahnya sendiri bisa pilih, antara Kaldu Ayam atau Laksa. Tadinya pengen coba Kaldu Ayam, tapi kok pengen coba Laksa. Dan bener sih pilih Laksa, karena Laksanya bukan Laksa warna kuning kayak Kari, tapi kuah bersantan, kaya rempah, dan enaks!

Image

Yang paling saya suka dari isi mangkok diatas : Brokoli yang pas empuknya, Pangsit yang kriuk, Homemade Tahu yang enak banget, Kangkung, Paria Isi, dan Cabe Isi. Loh itu mah semua, hehe. Iya asli, enak sih semuanya. Mie nya juga enak. Harganya kira2 nih ya, 6 ribuan sepotong, jadi semangkok begini kira2 36 ribuan lah. Worth it. Mana kuah laksanya enaks banget. 

Naaaaah, kebeneran banget kemaren2 kan saya baru dari Singapore tuh, penasaran dong nyoba Yong Tou Fu yang 'benerannya'. Jadi di malam terakhir disana saya makan malem di Food Republic yang di Wisma Atria. Food Republic ini salah satu chain pujasera di Singapore ya, ada di beberapa tempat. Setau saya di Vivo City dan Wisma Atria. Kalau di Kuala Lumpur, ada di Pavillion. Makan disini menyenangkan karena udahlah makanannya enak-enak, dibilang aneh juga engga, tapi banyak makanan yang di kita ga ada. Oh dan harganya bersahabat juga, senang. 

Balik lagi ke Yong Tou Fu nya, ini nih, 

Image

Harganya $6 sekian, ya kira2 50 ribuan. Lebih mahal dikiiit, tapi itu juga karena harga dollarnya yang tinggi ya, untuk ukuran makan disana sih ya ga mahal. Kuahnya Tom Yam nih, waktu itu mau pesen Laksa kok ga ada. Tom Yam nya enak juga sih, tambah potongan rawit pula, nyamski bener. PIlihan Sayur nya lebih banyak, ada Pak Coy, Sawi Putih, Enoki, dll. Eh ada macem2 Jamur pula sih. 

So, kalo ke Singapore, cobalah si Yong Tou Fu ini, apalagi kalo makannya malem, enak anget2 gitu kuahnya. Iya sih Singapore panas, tapi AC AC indoornya kan suka bikin kedinginan, ngehe. Kalo belum sempat ke Singapore, mari kita makan ke Wong Kee ajah di PVJ yuks! 

No comments:

Post a Comment

Post Popular